Thursday, September 1, 2016

Apakah Saya Seorang Muslim?

Baru saja saya mengisi sebuah survei yang diperuntukkan khusus untuk orang-orang beragama Islam. Survei itu dari seorang mahasiswa jurusan Psikologi. Saya kira semestinya akan berhubungan dengan pandangan-pandangan kami sebagai seorang Muslim, tetapi saya tidak terbayang akan berhubungan dengan apa. Saya kira mungkin akan dilihat kadar kegilaan saya sebagai manusia.

Setelah saya buka laman surveinya dan saya baca pertanyaan-pertanyaannya, ternyata berhubungan dengan konflik Israel dan Palestina. Sejujurnya, saya tidak tahu banyak tentang konflik tersebut. Mungkin karena sudah sangat lama berlangsung, semenjak saya bahkan belum peduli terhadap hal-hal di luar panggung sandiwara kecil saya. Bagi saya, konflik itu merupakan konflik yang ada. Begitu saja. 

Ah, tapi bukan itu yang ingin saya bahas. Yang ingin saya bahas adalah sebuah pertanyaan yang kemudian mengusik batin sehingga tergetar hati saya, dan membuat saya terpekur:

Apakah Anda menganggap diri Anda seorang Muslim?

Kira-kira begitulah pertanyaannya. Sebuah pertanyaan sederhana, yang jawabannya tidak sederhana bagi saya. Jika yang bertanya adalah anggota keluarga - baik itu keluarga inti maupun keluarga besar - tentu jawabannya adalah ya. Jika yang bertanya adalah teman-teman SMA saya yang kebanyakan anggota klub rohis, tentu jawabannya adalah ya. Malah, mungkin jika pertanyaan ini ditanyakan oleh sebagian besar orang, saya akan menjawab ya, saya menganggap diri saya seorang Muslim. Dengan jilbab di kepala, bukankah aneh jika saya menjawab tidak atau tidak tahu? Jilbab saya sudah meng-Islam-kan saya lebih dari KTP. Tidak perlu lihat KTP, dari jauh pun orang akan tahu saya Islam. Di sisi lain, jika yang bertanya adalah teman-teman kuliah saya yang terlalu banyak berfilosofi tentang eksistensi... yah, mungkin kami tidak akan membicarakan soal ini. Bagi kami, urusan manusia dengan Tuhannya bersifat pribadi. Tidak untuk dibahas; tidak untuk dipamerkan; tidak untuk dikomentari. Seorang Muslim fanatik, atau Kristen taat, atau Atheis sejati bukan urusan bagi kami karena kami hidup berdampingan secara damai dan sekuler.

Tapi jika saya membaca sendiri pertanyaan di atas dan saya coba menjawabnya sendiri, saya tidak bisa menjawabnya. Saya tidak mengerti di mana posisi saya sebagai umat Muslim. Saya kadang-kadang sholat, kadang-kadang tidak. Saya lebih sering tidak mengaji daripada mengaji. Saya tidak terlalu membatasi diri terhadap hal-hal yang dilabeli haram oleh agama. Lantas, apakah saya seorang Muslim? Ada juga saatnya saya tidak memiliki sandaran lain kecuali sosok Allah SWT. Ada saatnya saya menangis setelah sholat, istigfar berulang kali dengan segala doa yang tidak terucapkan. Tidak lupa, saya selalu menulis basmalah setiap awal menulis. Lantas, apakah saya seorang Muslim?

Apa syaratnya agar saya menganggap diri saya seorang Muslim?

Pertanyaan itu tadinya tidak pernah terpikirkan oleh saya, tetapi begitu muncul, saya jadi mempertanyakan lagi semua ke-Islam-an saya. Seberapa saya layak menyandang Islam di KTP dan seberapa saya layak memakai jilbab ini. Seberapa saya layak memandang kedua orang tua saya dan mengakui diri sebagai anak berbakti, atau seberapa saya layak merayakan lebaran.

Saya rasa saya belum bisa menemukan jawabannya, tetapi kapan pun jawaban itu akan datang, saya harap jawabannya akan ya kepada siapapun yang bertanya. 

No comments:

Post a Comment