Hai.
Ini sudah jam empat pagi dan saya belum juga tidur. Padahal, dari jam tiga sampai setengah sebelas malam kemarin saya masih berkutat dengan urusan properti untuk pementasan tanggal 22--23 Mei mendatang. Ditambah lagi, sepagian kemarin saya menangis dan menangis terus, melanjutkan tangisan yang dimulai dua malam lalu.
Dengan hari ini, saya sudah begadang selama empat hari berturut-turut. Sebuah rekor yang tidak seharusnya dibanggakan. Yah, saya juga tidak merasa bangga akan ini, tapi saya mau tidak mau merasa wow sendiri melihat kemampuan fisik saya dan sedikitnya waktu. Pementasan akan berlangsung 4 hari lagi. Saya merasa deg-degan sendiri menghitung harinya.
Banyak sekali pikiran berseliweran dalam otak saya. Mulai dari hal-hal besar dan fundamental, hingga hal-hal kecil yang merupakan detail sepele. Sifat perfeksionis saya kembali keluar. Dengan kata lain, saya mau semua berjalan dengan sempurna. Karena kesempurnaan itu tidak ada, saya jadi orang yang 'terlalu banyak berpikir'. Terlalu cemas.
Kemudian, saya tertarik pada seseorang. Bahasa gampangnya, saya suka seseorang. Pengalaman saya dalam menyukai, selalu ada hal baik dalam diri seseorang yang saya sukai. Kemudian, saya biasanya suka pada sahabat saya sendiri (sebelum kemudian berakhir dalam friend zone). Namun, kali ini, saya suka pada orang yang merepotkan dan berbeda dari orang-orang sebelumnya.
Dia bukan sahabat. Dia bukan idola. Dia juga bukan bintang pelajar yang dikagumi diam-diam oleh semua orang.
Dia sangat sibuk dan dia sangat selfless. Tapi, mulutnya seringkali pedas dan tajam saat bertutur. Reaksinya cepat dan seringkali menyengat.
Bicara padanya hampir selalu berujung pada penyesalan karena akan selalu ada satu pihak yang tersakiti dan merasa dikecewakan. Sudah tiga kali kami bicara tentang permasalahan pementasan ini (ya, dia juga termasuk dalam kepanitiaan), dan tiga-tiganya berujung dengan satu pihak merasa tidak puas dan upset. Pembicaraan yang ketiga, kebetulan, adalah sebuah pembicaraan yang jauh lebih panjang dari dua pembicaraan pertama, dan juga sebuah pembicaraan yang lebih dalam.
Semua yang perlu dan ingin saya sampaikan telah tersampaikan, dan dengannya seharusnya saya merasa lega. Yang terjadi, sayangnya, justru sebaliknya. Mungkin ini karena kami sama-sama keras, sama-sama lelah, dan sama-sama nervous menyiapkan acara. Hasil dari pembicaraan, tentu saja, dengan perasaan tidak enak di kedua pihak.
*
*
*
Yah... intinya saya merasa sangat sedih dan kecewa karena hal ini. Saya suka dia. Saya ingin menjaganya di depan publik. Saya ingin membersihkan namanya. Kalaupun saya bicara yang jelek-jelek, saya tidak akan membahas lebih dari pencurian. Tapi, untuk menyelesaikan masalah secara personal dengan dia, tidak akan bisa. Kenapa? Karena kami sama-sama keras. Ya Tuhan...
Tuhan, tolong kami.
No comments:
Post a Comment