Sunday, July 28, 2013

My Respond

Hi.
Isn’t it amazing that after four years of chasing your tail and a year or so of no contact, I so suddenly received news about you? More than just news, I heard your shocking revelation second-handedly from her.

Our story is a book I prefer not to re-read, a song I no longer want to hear. It is a memory I have no intention to recall although sometimes I sneakily did so. It left a rather sore impression. But then perhaps it is because I went through it too hastily. Neither did I read all the words nor did I listen carefully to the lyrics.

And so your revelation forced me to retrace them all.

That’s why, in this brief letter, I want to answer the questions you didn’t ask me in person; to give you the explanation you didn’t demand personally.

Love is a difficult word to explain. I have never used the word unless I’m sure there’s no other words could explain the feeling I feel toward my object of affection. The word has been strictly used for family members and some bestest friends. But there were you.

Love is a difficult word to explain, and it took me a long way before I came to use it to explain what I felt toward you. It was not until years had gone by and I lost my sight of you. As they say, you never know what you’ve got before you lose it. Since using the word is tough enough, it’s a bit hard for me to understand your definition of love.

Love is marriage, you say. I see how you have this concept of ideal future. Ideal family, to be exact. You have requirements for your wife-to-be. But marriage is a huge step. For me, it’s something distant in the future. To put it simply, we have different schools of thought. That’s why I haven’t been able to understand your decisions, actions, and reasons.

True, you say you’re conservative while I’m liberal. But I’d rather put it this way: you’ve learned your lessons, I’ve learned mine. You live for the afterworld, I live for this world. With our differences, would you still ask for my hand? These differences might only be for this moment, God knows what we’ll turn out to be... but these surely cannot escape your judgment.

You have planned your future cautiously. Find the perfect companion, then. Why are you swayed? You cannot let my efforts go to waste, you say? 

Of course those years were hopeless, but I have no regrets. Not anybody could receive the kind of special treatment you had received, but I got nothing to lose. I treat my family and friends the way I treated you. It’s not like my feelings would be drained off after I poured it to you. Feeling grows, you know. It’s like grass. You cut it and it grows back. I will eventually find other people to whom I can pour all my heart. They can be boyfriends, family, best friends, strangers.

Lastly, I hereby liberate you from the commitment we once made. Don’t be forced to think of me because we were once committed to each other. You are indebted neither to me nor to God. Don’t be too confused. Talk to me in person if you have made your decision, but remember: you involve other people in your future. You can plan it out, but you cannot plan what other people want. Speak it out instead of holding it in and confusing your own self.

Melati

Monday, July 22, 2013

A Letter

I know how unhappy we have been. I have my own trust issue. I know things, I hear things. I'm biased.

Last night you asked whether or not I want you to still be together. I don't know. It's sad, but I cannot really say I care anymore. I've been asked this question eight years ago; my answer is still the same. I honestly don't care about what both of you are going to do. I'll be with Dede, even if it means we should fight against the world just by the two of us.

I don't hate you, you know. Never have, never will. About the other party involved in this case... well, I can't say I don't hate him either, yet I have lost my respect and my trust once eight years ago. Then twice yesterday.

We are good pretenders. You said we aren't because you still pour your heart in the fight. And pouring your heart means you're not pretending to keep this survive. Oh, I would like to be as genuine as you are. But I'm not.

Please know that seeing you disrespected and judged in every possible way hurts me.

I hope in the future you will make decisions that make you happy. Don't worry about me because this kind of circumstances only make me stronger. I'm still young, so I'll survive. The only thing I have ever cared about is our happiness, anyway. Broken mirror better stays broken. If you try to fix it, you'll end up hurting yourself. 


Saturday, July 20, 2013

Dua Sisi Kereta Khusus Perempuan

Gue perempuan, bukan pelanggan rutin kereta, dan sampai gue mulai magang akhir-akhir ini, sekali-sekalinya gue naik kereta bukan saat jam pulang atau berangkat kerja. Dulu gue melihat adanya kereta khusus perempuan adalah satu bentuk kemajuan dalam upaya perlindungan perempuan. Tapi kemudian, gue terpaksa mengubah pandangan gue.

Gue bisa melihat manfaat kereta khusus perempuan dengan sangat jelas.
  1. Kereta khusus perempuan melindungi perempuan dari pelecehan seksual yang dapat dilakukan oleh penumpang laki-laki. Banyak kasus sudah terjadi mengenai pelecehan seksual di kereta, bahkan seorang teman pernah mengalaminya sendiri. Jadi, saya melihat adanya kereta khusus perempuan sangat berguna.
  2. Dengan adanya kereta khusus perempuan, meski berdesak-desakkan di saat jam kerja adalah hal yang wajar, setidaknya kami bisa berdesak-desakkan dengan lebih nyaman karena tidak ada kontak fisik dengan laki-laki yang (kembali ke poin 1) dapat melakukan pelecehan seksual.
Pendek kata, kereta khusus perempuan memberikan kenyamanan lebih. Gue bahkan menuliskannya sebagai tugas kelas Writing VI gue. Tapi, seorang teman bilang bahwa di kereta khusus perempuan, penumpangnya sangat egois. Karena merasa diri perempuan yang layak diutamakan dan mendapat duduk, penumpang kereta khusus perempuan lebih sengit dalam berebut tempat duduk. Dengan kata lain, lebih besar kemungkinan merasa tidak nyaman di kereta khusus perempuan.

Awalnya, gue tidak mengerti kenapa teman gue bisa berpendapat seperti itu. Namun, kemarin adalah jawabannya.

Sekitar jam setengah lima sore, gue naik kereta menuju Bogor dari Stasiun Tanah Abang. Seperti biasanya kereta menuju Bogor di sore hari, kereta kali itu dibanjiri oleh manusia. Gue berdiri karena memang gue akan turun di Manggarai, dan karena tidak ada tempat duduk kosong.

Tidak lama setelah gue masuk, gue mendengar suara tangisan bayi. Seorang ibu sedang menggendong bayinya di tengah kerumunan orang di dalam gerbong. Gue tidak terlalu memusingkan itu karena, sejauh pengalaman gue di bis, akan ada orang yang memberikan tempat duduk.

Kemudian, kereta mulai berjalan.

Tangisan bayi masih belum berhenti, dan itu membuat gue kembali menoleh ke arah sang ibu. Dia masih berusaha mencari tempat yang paling nyaman untuk berdiri dan menenangkan bayinya. Pada waktu itu, si bayi sudah cukup lama menangis.

Bagian tempat ibu itu berdiri mulai riuh. Beberapa orang yang berdiri menyindir penumpang yang duduk tentang bagaimana mereka tidak mau memberikan tempat duduk untuk ibu itu. Beberapa yang lain menuding satpam tidak bekerja dengan baik dan mencarikan tempat untuk ibu itu. Gue bisa merasakan suasana menjadi agak sedikit tegang, apalagi ditambah suara tangisan bayi yang tidak kunjung berhenti.

Hal itu terjadi untuk waktu yang cukup lama, hingga akhirnya seorang ibu yang berdiri di dekat gue menyuruh seorang penumpang di depannya untuk berdiri dan memberi tempat untuk ibu itu. Dia kemudian memanggil si ibu dan menunjukkan tempat duduknya.

Suasana mereda, tapi emosi gue sesaat jadi naik. Gue tidak habis pikir, bagaimana bisa kejadian seperti itu terjadi? Di bis, kejadian seperti itu tidak mungkin terjadi. Penumpang di bis punya sedikit moral dalam diri mereka.

Melihat kejadian seperti itu, gue jadi mempertanyakan moral penumpang kereta kemarin itu.

Hati nurani, sedikit pun, apa tidak punya?
Tidak adakah yang membayangkan berada dalam posisi si ibu? Atau si bayi?
Apa begitu merasa perlu diutamakan?

Gue jadi mengerti kenapa teman gue begitu menentang kereta khusus perempuan. Sudah tidak ada makna dari keberadaan kereta khusus perempuan jika semua penumpangnya merasa perlu diutamakan. Tidak ada lagi manfaatnya kalau tidak ada toleransi di antara mereka.

...dan orang bilang perempuan adalah makhluk yang penuh kasih sayang.

HUL. Coba lihat dulu kereta khusus perempuan saat jam kerja.


Thursday, July 11, 2013

Cerita Musim Panas #3: Baddest Female... Bad Meaning Bad

Oh, God, I'm so consumed by the wrath she caused.

It all began after this GIZIBE and I played guessing game about with whom our heart belong. Perhaps, at that time, I already subconsciously knew we had the same crush.

* * *

I'm the one who said it first. I told her that I like HIM. This GIZIBE, who were usually very mischievous and cheerful, suddenly replied rather coldly. She was being totally obvious that she, too, like HIM. Yet, she kept denying.

I decided not to continue playing the guessing game because it's getting boring the longer the players keep their secret. Even though it was obvious to whom her heart belonged, I could not be 100% sure if she did not say it. For some time, this GIZIBE told me about how happy she was with the guy she liked.

Then, on the 9th of JUly, she decided to spill it out.

"Yes," she said. "Yes, we do like the same person. It's HIM."

I was blanked. It was like there was "HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA" in my head. Repeated, repeated, repeated. Oh, it was expected, of course. I wasn't surprised. I knew it was something to feel sad for. I just didn't know how to respond.

I immediately told Gevin, who- of course- were with me because of the work we have together, and Marco, who were online on Facebook as always. I knew I could cry anytime then, but the tears could not flow naturally. Especially not when I didn't even know what to feel. As a matter of fact, instead of sadness or grief, the first feeling that striked me was relief.

I was grateful that GIZIBE told me the truth.

I hate her in an instant- naturally- but I was a good pretender. At least, I could do better in avoiding the awkward situation than her. Or not. Recalling the memory from yesterday, I was being awfully sarcastic... with the smiles and the laughs. I even simply stated my disappointment.

The first thought that came to me was "This is crazy." Why did it always happen to me? My first time was with my close friend. This time with this GIZIBE I'm getting to know. However, this time I refuse to think I'm not good enough. Instead, I believe the one meant for me is just not here yet.

I was confused of what to think and do when she suddenly wrote "Sorry for being close with HIM," on our chat page. This... GIZIBE, I'm not sure if she's a fool or she's simply being mean. I mean, what did she expect me to respond? Another "HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAH" popped in my head.

Did she expect me to give in? To put my hands up and surrender to the fact they're closer than I do to HIM?

I did not write back until she called me out.

"Mel, haloooo."

I responded back with a hello and tried to act casual. Since I'm a good pretender, I can avoid the awkwardness.

Then, jokingly-with-a-bit-truth-behind-it, I said, "It's not fun anymore since now I know how he has feelings for you," to which she responded "Hahaha, yeah, what to do about it...", WHICH kinds of ridiculously unbelievable.

It occurred to me for the second time that day, is she a fool or is she being mean?
Never before had someone did me wrong. I mean, surely some people behave annoyingly or proudly, and that upsets me. But for someone to literally does an evil deed to me? It has never happened.

She's a bad female for sure. Bad meaning bad.

Cerita Musim Panas #3: Patah Hati

"Halo!"

Sungguh gue tidak menyangka liburan ini akan menyapa Patah Hati :) Setelah Cerita Musim Panas #2 yang begitu menyenangkan, ternyata sihir musim panas retak kemarin.

Awal minggu ini, berita buruk itu datang. Jadi, ada satu perempuan ini, sebut saja Lily, yang mengaku juga suka pada Dia. Perasaan Lily sudah tertebak--trust me, girls can tell--jadi gue nggak terlalu heran saat dia bilang dia suka Dia. :) Kecewa? Pasti. Shock? Enggak. Pernyataan Lily yang tiba-tiba itu hanya mengkonfirmasi tebakan-tebakan gue.

Karena caranya dalam membiarkan gue tahu, gue membencinya. Gue pengin bilang "Lo kayaknya ngajak ribut banget, ya :)" tapi terpaksa hanya menjadi bisikan setan di dalam hati. Yah, bagaimana lagi. Id boleh jadi meraung minta diperhatikan, tapi ego tahu superego harus didengarkan kali ini.

Seriously.

I can just mention the three disrespectful moves she made last Tuesday, but I know it will only boil my calmed heart.

I could not cry; I lost the place and timing, jadi id gue harus dipuaskan dengan cara lain. Hasilnya, Selasa kemarin gue membabi makan McFlurry Caramel Crunch yang bahkan di saat biasa bisa menjadi moodbooster. IDGAF how I looked. I could appeared awfully pitiful yesterday, but I just didn't care.

Belum cukup? Hari ini, gue jalan sama Ruth, Marco, Rizky, dan Riri. :") Gue bener-bener butuh cerita sama Ruth dan sama siapa aja yang mau mendengarkan. Talking always has a way to make me feel better and stronger. Kemudian, gue membiarkan emosi gue keluar.

Ngomong, marah-marah, ketawa-ketawa palsu... gue yakin mereka berempat juga udah tau ketawa-ketawanya gue bukan karena beneran seneng. Entah ya, tadi gue merasa murka aja. Fufu~ tadi puasa pertama sih, tapi agaknya puasa gue tidak diterima Allah :( You decide, God.

Kami ke FX, nonton Despicable Me 2 (yang agak overrated menurut gue) dan makan di Ichiban Sushi. Pengen Chirashi Sushi-nya tapi setelah sekian lama nggak kesana, mata agak melotot juga melihat harganya. Belanja-belenji oleh-oleh buat orang di rumah --> udah kayak objek wisata. Gosip. Curhat. Mendapat persetujuan dari mereka bahwa yang Lily lakukan memang brengsek.

Ada kepuasan tersendiri dari ngomongin masalah ini ke orang lain. Ada kepuasan tersendiri juga secara sadar berusaha bersikap sesarkastis mungkin. Ada kekuatan dari mengubah rasa sedih ke amarah.

I don't know. I'll drag her down to the place she put me. If I'm going down, she's going down. Karena niscaya masalah ini mungkin sebenarnya sudah tidak lagi berhubungan dengan Dia sebagai gebetan, tapi dengan gue, gengsi gue, dan Lily.

Yah, eniwei, friends are always the best moodbooster :)

Tuesday, July 9, 2013

Retreat

Retreat to blog because there are them in Facebook and Twitter. Her. and Him. I hate to see them.

It has never happened before. Maybe it was because I wasn't used to blogging. But now that I do... I can make use of it.







I'm tired of being the second option. I'm tired of being the one left out.

Yet...
Instead of thinking I'm lacking something, I prefer to think he's not good enough for me :)

My 10 Ideal Men, Manga Version

Ini adalah posting iseng-iseng yang di waktu senggang saat magang. Saat membaca manga "Our Field of Dreams", gue jadi sadar bahwa (hampir) dua puluh satu tahiun hidup gue diwarnai oleh manga-manga yang gue baca. Sejak pertama kali kenal yang namanya manga, gue belum bisa (dan tidak berencana) melepaskan diri dari mereka :3

Gue terpesona oleh karakter-karakter yang ada dalam manga-manga tersebut, baik cowok maupun cewek. Lalu... terpikir oleh gue bahwa cinta pertama gue mungkin adalah karakter manga, hahaha! Jadi, dalam kesempatan kali ini, gue akan menulis tentang 10 cowok ideal gue versi manga :3

(Yah, dibilang ideal men sebenarnya juga nggak akurat begitu. Hanya saja, mereka-mereka ini yang gue suka banget banget!) =] Enjoy~

10. Xerxes Break

Karakter dari manga "Pandora Hearts" ini mungkin perannya seperti sidekick. Sedikit sadis dan agak sakit jiwa, karakter ini sulit dimengerti isi hatinya. Dia seringkali terlihat bijaksana, namun lebih sering lagi terlihat konyol. Gue suka dia karena dia bermuka dua. Ada sisi yang dia tampilkan, dan ada sisi lebih misterius yang membuatnya seperti sulit diraih. Namun, gue merasa latar belakangnya seharusnya tidak perlu diceritakan karena itu mengurangi sisi misteriusnya :(

9. Okazaki Tamon
Meskipun awalnya dia cowok brengsek, gue suka karena akhirnya dia benar-benar menyukai Ami <3 begitu dia sadar akan perasaannya, dia nggak setengah-setengah berjuang demi Ami! :")

8. Kazuya dari "Our Field of Dreams"
Contoh sempurna cowok yang fokus sama apa yang dia suka :") Kenapa dia ada di nomor delapan adalah karena gue masih belum dapet feel-nya, tapi kurang-lebih semangatnya itu yang gue suka!

7. Li Syaoran
Oke, CLAMP emang bikin versi gede-nya Syaoran di Tsubasa Reservoir Chronicle, tapi gue tetep lebih suka Syaoran yang di Cardcaptor Sakura :3 Lebih deg-degan fufufu

6. Sakamoto Teppei
Kurang-lebih dengan alasan yang sama (tapi lima kali lebih berasa) kayak alasan gue suka Kazuya, gue suka Teppei karena dia semangat banget di hal yang dia suka! Gue selalu merasa cowok yang menyeriusi hobinya itu keren. Yah, asal bermanfaat sih.


5. Arisaka Yukari
Sama kayak Teppei yang menyeriusi hobinya, Arisaka Yukari dari komik "V.B. Rose" karya Banri Hidaka ini juga menyeriusi hobinya. Tapi, Arisaka punya hobi membuat baju pengantin! Namun, itu bukan alasan gue suka Arisaka. :) Gue suka dia karena dia tegas dan tahu apa yang dia mau. Orangnya nggak plin-plan dan bingung-bingung. Keren lah pokoknya.

4. Kuro dari "Sparkling Gingachou"
Aduh gue selalu deg-degan kalo baca tentang cowok yang suka sama sahabatnya >.< dan lagi, Kuro ini sebenernya tipe yang keren bangeeet :D

3. Kudo Shinichi
Contoh lain dari percintaan antar-sahabat yang gue suka :") nyahaha~ tapi nilai plus plus dari Shinichi adalah karena dia pinter banget hahaha (klise). Terus menurut gue, dia ada di skala yang lebih besar dari Kuro :3

2. Eguchi Tappei
 I WORSHIP HIS RELATIONSHIP WITH MIIKO! Gemas banget caranya menunjukkan perasaannya sama Miiko. Gue sangat, sangat, sangat suka kalau Tappei diam-diam memperhatikan dan menjaga Miiko. Justru keisengan Tappei pada Miiko itu adalah bentuk rasa sayangnya :) Lalu, sedikit demi sedikit, meskipun samar, perasaan itu akhirnya tertunjukkan! Hahaha~ poin lain adalah karena percintaan mereka polos banget fufu

DAAAN nomor satunya adalaaaah

1. Saionji Kanata 
KANATA <3 Protagonis dari UFO Baby ini memang nggak ada duanya! Tipe cowok sempurna yang bisa masak, baik, menjaga dan memperhatikan Miyu dari jauh, menunjukkan rasa sayangnya dengan mengisengi Miyu, dan nggak plin-plan.... nyahahaha dialah gabungan dari cowok-cowok lain :3 Suka banget pokoknya sama Mika Kawamura yang sudah menciptakan Kanata :")

Nah, begitulah edisi lelaki ideal versi manga. If you do read my blog, please share yours! :)

...and the summer spell has broken.

God, I know how I'm good at handling broken heart. But why do You have to test me to this extent?

Ugh.

I know You must've had a good reason.

But You should know I can't do it without You. :"(

Monday, July 8, 2013

The Magyk of Summer

Do you think I was brave to finally say the words?
You're mistaken
It was the magic of summer talking
The summer fairy's dust
We were arguing jokingly and it came between us
It bewitched my tongue and and my mind

How did it go?
Was it "I love you"
or "I have feelings for you"?
Was everyone listening?
The summer fairy's dust covered my world
It let no one visible
No one but him

Do you think I was brave to finally say the words?
You're mistaken
It was the magic of summer talking
The blinding ray of the sun
He was teasing me and my mind was heated
I had no idea what bursted out of my lips

Prayed have I
For summer to work its magic
So the spell had me tied and trapped and twisted

Do you think I was brave to finally say the words?
You're mistaken
It was the magic of summer talking
The saltwater that I accidentally drank
He was playing with me and I was drunken
And the words that came out weren't at all salty

Sunday, July 7, 2013

A Lullaby for Him Who Had Given His All

Sleep, darling, sleep
Your eyes have bags underneath
Your hair's a mess
Remember that you have a voice to keep well

Sleep, darling, sleep
Dream a little dream of anything you love
Bring yourself to a wonderland
Where all of this is easier

Tomorrow I won't be there to find
But the sun will welcome you to a brand new day
Tomorrow I won't be there to see
The wind blows and hugs and holds you dear

If I could be her,
And I know that you wish I were her
I would greet you at mornings with a glass of milk
Because I know how you hate coffee

If I could be her,
And I know that you wish I were her,
I would smile at you in my best dresses
Because I know you deserve no less

But I'm not her,
And as much as I want to be,
I couldn't.

So sleep, darling, sleep
Bring yourself to a wonderland
Where I could really be her
And adore you as you please

Sleep, darling, sleep

[created around Feb-May 2013]

Him (9)

Hopelessly, blindly, wholeheartedly.

That's the way things have been.

That's the way I have been. Falling so hard and so fast and I can't stop myself. I can't stop falling.

It's funny sometimes, tiring at other times, but mostly it's thrilling. I always can't read people I like; it goes the same for you. If you're a book then the words are all vanished. Just like an empty sheet of paper, I perceive you. And my heart is flowing heavily, wanting to be poured all at once; to write on you.

We argue, we talk, we stand on the same ground, we laugh at the same thing, we work together... We are both sensitive to the point we raise our tone every time a small argument occur. We are both stubborn. We are both foolish perfectionists.

But I think it's possible for us, you know, to be together. If only you care enough, if I stop helplessly showing affections, if only we don't live in a whole different world, if only I'm not wearing hijab, if only I'm tanned enough, slim enough, and tough enough, and if only you don't smoke, if only you don't drink, if only you don't treat me so professionally...

It would've been possible for us. Probably even perfect.

But things aren't like that, and goes my dream away.

[050313]

What Happened When The Truth Comes to Light

There, I've said it.
I told you the one livens up all the butterflies in my stomach.
I told you he's the one.
You had guessed correctly as everyone would.
I had not been one to hide my feelings.

I had asked if there were a probability of you treasuring the same feeling
for the very same him
and "no," you claimed.
I had guessed that you do.


So, was it only in my mind
that you replied rather coldly after you figured out the truth?

If things go differently in the future,
it would only be a confirmation of my correct guess.

If so, then keep in mind
that it tortures me as much as it does you.
Keep in mind that my life has turned to gall.

But were I to feel this way, I'd drag you and I to hell.

Ombak

Ombak itu cantik
Tapi kemudian ia menggulungku dengan ganas
Lalu...
Biru
Biru sepekat-pekatnya biru
Biru yang juga cantik
Tapi ia berahasia dengan  membisu
Gila aku menunggunya memudar
Aku diam di antara biru

Cerita Musim Panas #2: HURA-HURA PRAMUKA IKMI UI 2013 (part 3)

Hari ini adalah hari kepulangan kami. Sedikit sedih mengingatnya, karena sebenarnya gue masih mau berada di sana. Tapi, apa daya, besok gue dan Gevin sudah harus mulai magang.

Karena kapal yang akan membawa kami kembali ke Muara Angke berangkat pukul 07.00 WIB, kami harus bangun pagi. Gue, Gevin, Kak Joni, dan Adit biasa sholat subuh dulu, jadi itu bukan masalah untuk kami. Kami bisa langsung bersiap-siap.

Gevin dan Nilam yang juga bangun lebih awal mandi duluan. Kemudian, Ruth, Nirma, dan gue menyusul. Puas sekali rasanya mandi di saat orang-orang masih tertidur! Tidak ada yang memburu-buru :3 Kemudian, kami mulai membangunkan orang-orang lain.

Cuaca sedikit dingin karena hujan. Jadi, kantuk masih terus menyerang.

Kami duduk di bagian dalam kapal. Gue sedikit kesal karena sebenarnya gue berharap bisa duduk di bagian atas kapal seperti kemarin. Duduk di bagian dalam kapal membuat gue pusing. Ditambah lagi, gue pun bangun dengan kepala yang memang sudah pusing. Tapi, untunglah kami masih bisa melanjutkan tidur di dalam kapal :)

Seperti saat berangkat, kami mampir dulu di Pulau Pari. Kali ini untuk mengangkut beberapa penumpang dari pulau tersebut. Beberapa pendatang baru itu berisik dan ribet sekali mengatur tempat duduk. Mereka juga jorok sekali, menggunakan sendal menginjak tempat kosong yang terciprat air hujan. Padahal mereka melewati kami. Tapi, kantuk yang hinggap membuat gue kembali tertidur. Mungkin kantuk itu juga didukung oleh antimo. Kami melanjutkan perjalanan pulang dengan rute yang sama seperti yang kami ambil saat berangkat.

Perjalanan ke Pulau Pramuka ini memang melelahkan, tapi semua lelah terbayarkan oleh kebahagiaan yang gue dapat! :)

P.S. Gue benar-benar belang saat pulang. Bahkan tanpa sadar gue pulang dengan wajah berminyak dan gosong. Er... benar-benar mencengangkan deh, pokoknya. Tapi, kalau itu harga yang harus dibayar untuk kesenangan semacam ini, gue rela! ^^ I love you, summer! May you stay like this forever. I love You, God :")

Saturday, July 6, 2013

Cerita Musim Panas #2: HURA-HURA PRAMUKA IKMI UI 2013 (part 2)

Day 2.
Yah, eniwei, paginya gue merasa jauh lebih fresh karena tidur tepat waktu. Ditambah lagi, udara dingin yang sangat berbeda dengan malamnya membuat dunia terasa lebih baik. Si biang ribut tidur menggigil di depan wisma, jadi agak kasian juga. Tadinya pengin bales berisik :3 tapi nggak jadi. Gue cuma bangunin dia dan Riki supaya pindah ke dalam. Habisnya, pagi itu memang beda banget suhunya dibanding malamnya. 

Gue, Gevin, dan Ruth melihat pantai di depan wisma dari saat matahari belum muncul hingga ujung pantai bisa terlihat. Kami menemukan ranting yang agaknya cukup besar, jadi kami menulis-nulis di atas pantai. Sejujurnya, itu mimpi gue banget dari dulu pengin sok-sok romantis gitu nulis-nulis di atas pasir. :3
itu gue


Kami berjalan ke arah dermaga lagi karena berharap bisa melihat matahari terbit dengan jelas (soalnya pagi itu agak mendung). Ujung-ujungnya matahari sudah terbit terlalu tinggi, jadi kami kelewatan momen melihatnya terbit. Tapi, kami disambut dengan ketenangan dan keindahan di dermaga :) Pantai dermaga begitu jernih sehingga kami bisa melihat dengan jelas biota bawah laut tanpa perlu snorkeling.

Gue merasa sangat damai karena bisa menjalani pagi dengan tenang, udara bersih, dan pemandangan bawah laut. Melihat air, ikan, dan benda-benda laut lainnya tidak akan pernah membosankan. Mungkin mengantuk sedikit, tapi gue rasa tidurpun gue akan merasa bahagia.
bersama Ruth

bersama Gevin


Kami harus pulang karena sudah waktunya sarapan. Yang lain, yang konon berencana juga untuk melihat matahari terbit, sudah menunggu kami untuk sarapan. ;) Gue berencana pamer apa-apa saja yang kami lihat, tapi Rendy yang sudah terbangun kembali mengomentari cara-cara gue bicara. Jadi, esensi pamernya gagal. :"

Lalu, kami snorkeling betulan! Kalau bisa ber"kyaa" dan "aaak" lagi ala ala konser, gue lakukan saat itu juga! Gue excited banget (lagi) sampai rasanya bahagia sampai ubun-ubun X3

Kali ini, kami dibawa sampai ke tengah laut, sampai bertemu spot di mana ikan-ikan cantik berenang. Di spot pertama, ikan-ikan cantik itu benar-benar ada! :D Good God! Gue membatin kepada Tuhan, "Tuhan, saya memang mencintai daratan dan mall-mall, tapi saya juga mencintai lautan dan kalau memang bisa jadi putri duyung, saya mau jadi putri duyung~" :3 Tuhan, saya cinta semua ciptaan-Mu.

Di spot kedua, gue lebih terkagum-kagum lagi karena di sana adalah sarangnya coral yang luar biasa mempesona. Ada coral yang sangat tipis dan melingkar seperti bunga mawar. Coral-coral itu membentuk semacam taman bunga super luas dan super cantik. :)

Ada kejadian yang cukup membuat jantung berhenti berdetak sepersekian detik di spot pertama, yaitu jatuhnya pipa snorkel gue ke dalam laut. Out of all things, why the pipe? :"( Pipa itu tidak bisa mengambang, dan telat sedikit saja Caca mengambilnya, mungkin gue akan harus mengganti satu set peralatan snorkel itu. Gue menyesali pemakaian pelampung, karena itu lagi-lagi membatasi pergerakan gue. Andai gue tidak menggunakan itu, gue bisa mengambil sendiri snorkel gue. Eniwei, terima kasih, Caca :)

Seorang teman, Fajar, awalnya tidak bisa berenang. Begitu juga Nilam dan Acit. Tapi, Fajar akhirnya bisa berenang setelah terbiasa di laut. Senangnyaaa :D

Setelah puas snorkeling (dan juga karena sudah mau hujan dan semakin banyak orang datang ke spot snorkeling kami), kami melanjutkan perjalanan dengan kapal kecil yang setia menemani ke Pulau Semak Daun.

Pulau Semak Daun berukuran jauh lebih kecil dari Pulau Pramuka ataupun Pulau Tidung, tapi pantai pasirnya juga jauh lebih mengagumkan. Pasirnya bersih dari sampah maupun ranting, sehingga kami bisa menginjakkan kaki dengan bebas. Airnya pun sangat jernih dan berwarna kehijauan yang sangat cantik.

Gerimis kecil saat kami tiba di sana, jadi kami harus menunggu sebentar sebelum bisa main pasir. Gue merasa sedikit aneh, campuran antara senang dan sedih, mungkin terharu... yang jelas gue jadi merasa harus memisahkan diri. Gevin mengajak gue main pasir di bawah rintik hujan, jadi gue mengiyakan.

Karena hujan semakin deras, kami tetap harus berteduh. Namun, sementara yang lain menunggu redanya hujan di warung kecil di tengah pulau, gue dan Gevin menunggu hujan reda di bawah pepohonan di pantai. Ruth datang tidak lama kemudian, diikuti Rizky, kemudian kami membicarakan tentang hal-hal di malam sebelumnya.

Setelah hujan reda, kami menceburkan diri lagi ke pantai :)

ciwi-ciwi plus Komuk

itu gue lagi
Kebahagiaan mengiringi hari kami, karena kami benar-benar bersenang-senang di pantai itu. Gue dan Komuk berenang ke arah kapal. Keinginan gue untuk berenang terpuaskan (bahkan sudah terbayang untuk berenang lagi di kolam renang nanti kembalinya kami ke kota). Ada ikan-ikan kecil berwarna pasir yang kami temui saat sedang mencari kerang-kerang (tapi tidak ada yang bagus). Kami berusaha menangkap mereka, tapi itu tidak semudah yang terlihat.

Sekembalinya kami ke garis pantai, yang lain sedang mengubur Fajar yang berulang tahun pada tiga hari sebelumnya di dalam pasir. Gue tidak pernah mengubur orang dalam pasir, tapi selalu membayangkan bagaimana melakukannya. Ternyata sensasinya tidak seseru yang gue bayangkan, tapi tetap saja seru. Setelah Fajar, Kami mengubur Rizky yang akan berulang tahun keesokan harinya. :D
supposedly mermaid
supposedly teddy bear

Kami pulang setelah puas bersenang-senang di Pulau Semak Daun, juga karena semakin banyak orang datang. Pantai itu menjadi semakin mirip Ancol minus air kotornya.

Sebelum benar-benar pulang, kami mampir ke penangkaran hiu. Bagus sekali tempat itu untuk para hiu-hiu. Ikan-ikan yang ada di sana juga begitu besar sehingga membuat gue terkagum-kagum. Saat snorkeling, tidak ada ikan-ikan seukuran segitu. Gue tidak yakin harus bersyukur atau menyayangkan. Kalau ada ikan sebesar itu, mungkin gue akan takut juga terkagum-kagum. Yang jelas, gue penasaran.
hiu kecil
Kaki Kak Macel dan Rendy terkena kayu di penangkaran hiu itu, dan mereka sedikit kerepotan mengeluarkannya. Gue, sih, ngilu melihatnya. Kasian tapinyaaaa!
Kak Macel dan Rendy
Hal yang aneh adalah karena meskipun di sana adalah tempat penangkaran hiu, kami lebih tertarik pada bulu babi. Yah, gue sih sebenarnya tertarik sama hiu-nya, tapi lebih tertarik lagi melihat teman-teman yang tertarik pada bulu babi.
kasihan si Bulu Babi
Cowok-cowok, terutama, sepertinya memiliki ambisi untuk melihat seperti apa bulu babi luar-dalam. Mereka menggunakan tongkat panjang untuk mengambil seekor bulu babi, literally torturing it in front of its friends. Bulu-bulu bulu babi yang satu itu sampai patah-patah karena diangkat oleh para cowok. Kemudian, setelah diangkat, bulu babi itu dipecahkan untuk dimakan dalamnya.

Memang sih, bulu babi bisa dimakan... tapi menurut gue tidak seharusnya bulu babi itu disiksa di depan teman-temannya. Kumpulan bulu babi yang lain segera bersembunyi di bawah jembatan kayu, menjauh dari dua tongkat jahat yang membunuh temannya.

Dari semuanya, kejahatan yang paling tidak bisa gue terima adalah cowok-cowok itu membuang kembali cangkang bulu babi yang telah dipecahkan ke antara kumpulan bulu babi yang masih hidup. :(
Setelah adegan sadis itu, kami benar-benar pulang ke wisma.

Malam harinya, setelah makan malam, kami sedikit bosan karena tidak ada kegiatan apa-apa. Bahkan setelah main ramal-ramalan jodoh dengan Rizky, Ruth, Gevin, dan Acit, malam itu masih terasa panjang. Tapi, kemudian para cowok memutuskan untuk main kuda templok.

Kuda templok adalah semacam olahraga beresiko di mana cowok-cowok itu dibagi menjadi dua tim yang saling melompati satu sama lain. Seringkali disebut sebagai mainan SMA karena sebagian besar dari kami memainkannya saat SMA. Gue pun sebenarnya menikmati menonton permainan itu dari awal sampai akhir.
menonton kuda templok, berasa SMA
Gue pengin mendeskripsikan permainan malam itu, tapi akan butuh satu cerita terpisah saking serunya. Hahaha. Poin-poin menarik dari permainan malam itu adalah

1) Teriakan self-hypnosis Kak Macel: "Gue kuaaat!"
2) Seruan tidak bertenaga tapi efektif Komuk: "Mati lu, Cel~"
3) Lompatan-lompatan Rendy yang ala ala akrobatik
4) Ekspresi Fajar yang juara banget kayak udah lemes banget
5) Ucapan Dimas "Gue... Gue siap, gue." yang entah kenapa rasanya epik banget

Kemudian, setelah capek main kuda templok, kami keluar dan menyalakan kembang api. Sebenarnya kembang api itu (setahu gue) ditujukan untuk merayakan ulang tahun Rizky, tengah malam, saat pergantian ke hari terakhir. Hari itulah Rizky berulang tahun. Tapi entah bagaimana, jadinya kembang api dinyalakan sekitar pukul 21.00 WIB.
kembang api yang kami nyalakan sendiri!
Kembang api juga salah satu hal yang gue kagumi. Jadi, selain McFlurry Caramel Crunch, semua kebahagiaan gue dapat ditemukan di HHP ini hahahaha :)

Sebuah berita yang mengkhawatirkan tentang gempa di Aceh datang dari Bonci yang bokapnya sedang bekerja di sana. Jadi, suasana agak sedikit kelam saat itu. Tapi, syukurlah bokap Bonci baik-baik saja :) Semoga situasi yang ada di Aceh akan segera membaik.

Semua tampaknya lelah malam itu, jadi tidurpun dilaksanakan lebih cepat. Paling tidak, gue, Gevin, dan Ruth memutuskan untuk mengabaikan semua bising di sekitar dan tidur duluan. Saat tengah malam gue terbangun, semua orang sudah terlelap dan lampu sudah dimatikan.

Sungguh hari yang sibuk dan malam yang menyenangkan!

[Disclaimer: semua foto adalah hasil jepretan Gevin]

Cerita Musim Panas #2: HURA-HURA PRAMUKA IKMI UI 2013 (part 1)

Nah, setelah cerita tentang G-Dragon 1st Solo World Tour yang penuh kejutan, sekarang waktunya untuk cerita musim panas berikutnya! Tentunya bukan musim panas dong, kalau belum gosong karena senang-senang di pantai berpasir putih yang airnya jernih :) Akhirnya, setelah dua puluh tahun menjalani hidup, seorang Sekar Ayu Melati mengalami musim panas yang sebenarnya di Pulau Pramuka!

Hura-Hura Pramuka (HHP) sudah direncanakan dari berminggu-minggu sebelum fixed. Dari 30 orang pendaftar, di hari-H tinggal 19 orang yang ikut. Banyak alasan yang membatalkan, dari kerja sampe nggak punya duit. :( Sayang sekali, padahal kalau banyak yang ikut bakal seru banget.

Eniwei, keberangkatan untuk HHP akhirnya dilaksanakan pada tanggal 1 Juli. Kami menyambut Juli di Pulau Pramuka! :)

Day 1.
Janjian jam 04.30 WIB, tapi seperti biasa itu hanya wacana. Hahaha. Habisnyaaa, jam 04.30 kan belum subuh. Jadi, gue sholat dulu baru jalan ke Stasiun UI. Ternyata, yang lain kurang-lebih dateng barengan. Cuma Caca yang on time (maaf ya, Caca~).

Setelah semua berkumpul, kami naik kereta tercepat menuju Stasiun Kota Tua (seriously, my summer is filled with trips to Stasiun Kota Tua). Perjalanan memakan waktu kira-kira 3 jam. Di sana, kami bertemu dengan Dani yang sudah menunggu lama.

Dari Kota Tua, kami menyewa angkot ke Pelabuhan Muara Angke. Kapal yang akan membawa kami ke Pulau Pramuka menunggu di sana. Masing-masing orang hanya perlu membayar Rp35.000. Total ongkos adalah Rp70.000 per orang dari Stasiun UI. Semua ongkos kami serahkan ke Gevin yang berperan sebagai bendahara. Dia agaknya 'terkutuk' menjadi bendahara sebagaimana gue 'terkutuk' menjadi sekretaris.

Di kapal, kami duduk di dek belakang, yang artinya kami bisa melihat langsung laut tanpa harus melihat dari jendela. Begitu sampai tengah laut, cukup jauh dari Muara Angke, gue kembali merasakan kebahagiaan yang sederhana. Kebahagiaan benar-benar sesederhana melihat birunya lautan.
di kapal saat berangkat
Gue mencintai laut dengan sepenuh jiwa raga, kalau bisa dibilang begitu. ^_^ Melihat laut, rasanya pengin langsung menceburkan diri. Sumpah deh, andai ada stiker macem stiker line dan facebook, gue pasang sekarang jugak. I had been smiling from ear to ear right from the start to the end.

I envy mermaids. Be them a myth or fantasy, they live under the sea.

Perjalanan menuju Pulau Pramuka memakan waktu kurang lebih tiga jam. Kami mampir dulu di Pulau Pari untuk menurunkan sebagian penumpang. Kemudian, setelah sampai di Pulau Pramuka, kami diantar ke wisma di samping penangkaran penyu.

Wisma itu sendiri berukuran cukup besar. Kami disewakan sebagian wisma yang berupa sebuah ruangan besar dengan dua ruangan kecil di dalamnya. Ruangan besar itu berperan sebagai kamar tidur, sedangkan dua ruangan kecil menjadi kamar tas dan kamar ganti. Di bagian belakang kamar, ada empat kamar mandi kecil. Yang satu tidak bisa terpakai, jadi kami bergantian menggunakan yang tiga. Ada juga jemuran besar, jadi kami tidak perlu pusing mencari tempat menjemur pakaian. Kemudian, di dekat wisma ada mushola kecil yang nyaman karena bersih :)

Karena wisma itu sepertinya jarang dipakai, lantainya sangat kotor dan lengket. Ruangan itu juga berdebu dan menjadi sarang nyamuk. Tidak ada udara karena semua jendela tertutup. Jadi, yang pertama kami, para cewek, lakukan adalah membuka semua jendela dan tirai serta menyapu ruangan.
pas baru sampe [foto: Kak Angga]
Setelah loading barang, kami makan siang. Gue, Ruth, Rizky, Nilam, dan Caca menemukan tempat makan bakso ikan yang unik. Berbeda dengan bakso ikan yang biasa ditemukan di kota, bakso ikan di sana bertekstur seperti bakso urat. Bakso itu dipadukan dengan bihun dan sambal hijau. Daripada disebut bakso, mungkin makanan itu lebih mirip tekwan.

Menjelang sore, kami latihan snorkeling! Gue kembali pengin jingkrak-jingkrak karena itu akan jadi kali pertama gue snorkeling :3 Gue juga sedikit khawatir akan reaksi temen-temen pertama kali melihat gue memakai baju renang, karena kerudung di set baju renang itu akan membuat gue terlihat aneh.

Yah, tapi bagaimanapun juga gue harus menggunakan kerudung itu. Jadi, biarpun dibilang seperti ubur-ubur dan dibilang bulet banget, gue tetap berenang-renang dengan senang.

Awalnya, gue panik karena tidak biasa menggunakan pipa snorkel-nya. Gue tidak biasa bernapas dengan mulut. Kemudian, gue juga panik karena tidak bisa menguasai pergerakan akibat menggunakan pelampung yang membuat tubuh gue mengambang di permukaan. Akhirnya, gue lepas pelampung itu dan merasa lebih baik setelahnya.
itu gue lagi pusing sama perlengkapan snorkeling [Foto: Kak Angga]

Bersama Bonci, Riki, Caca, Rizky, Komuk, Fajar, Nilam, Ruth, Acit, Gevin, Rendy, Nirma

Bersama Nirma
Bersama Bonci, Ruth, dan Gevin, gue berenang agak ke tengah laut dan bergosip di sana. Level gosip kami meningkat, kekeke... tapi tidak lama kemudian kami harus pulang.

Badan gue agak capek karena tidak pemanasan sebelum terjun dan juga karena sudah lama tidak berenang. Tapi gue merasa lebih baik setelah pemanasan di wisma.

Malamnya, gue, Rizky, Ruth, Komuk, Adit, dan Gevin pergi ke sisi pantai yang satu lagi. Bukan di dermaganya. Di sana, pantainya dibatasi dengan pagar. Kami bisa duduk di pagar batunya, kemudian bengong-bengong menikmati suasana.

Bintang-bintang terlihat dengan sangat jelas. Banyak sekali dan cantik-cantik sekali, gue sampai mau menangis melihatnya. Kemudian, kami membeli kembang api dan petasan dari toko setempat. Di sana, harganya sangat terjangkau.

Saat waktu tidur tiba, gue berencana tidur tepat waktu agar paginya bisa melihat matahari terbit. Kami sudah melihat matahari terbenam di dermaga dan itu luar biasa cantik, jadi besok adalah waktunya bagi matahari terbit. Tapi, sepertinya yang lain tidak sepikiran. Paling tidak, Rendy tidak sepikiran.

Memang banyak yang berisik, tapi yang luar biasa berisik adalah Rendy dengan nyanyian-nyanyian dan keisengannya. Dia entah kenapa suka banget ganggu Acit, yang berakibat cewek itu juga jadi luar biasa berisik. Ugh. Nyebelin banget pokoknya. Klimaksnya adalah gue menyebut Rendy bacot dan berkata keras padanya. Seriously, that night was upsetting enough with the humid temperature and wild mosquitos. His behavior only made things gone from bad to worse.

[Disclaimer: semua foto adalah hasil jepretan Gevin]

Cerita Musim Panas #1: G-DRAGON 1st WORLD TOUR "ONE OF A KIND" 2013 (part 2)

Pukul setengah sembilan! Waktu yang dijanjikan untuk mulai konser akhirnya tiba! Semua mata sudah tertuju pada kain besar yang menutupi stage. Kemudian... dalam hitungan detik, kain itu terjatuh.

Sebuah mobil putih dengan desain futuristik tampak megah, terutama ditambah dengan efek lighting yang nyaris membutakan mata. Mobil itu sendiri terlihat seperti terdiri dari  potongan es pipih raksasa yang disusun secara acak.

Disanalah bintang malam ini berada.

G-Dragon keluar dari mobil itu dengan luaran panjang berwarna merah menyala, kontras dari mobilnya yang sangat putih. Seiring dengan kemunculannya, tidak, bahkan dari saat kain itu terjatuh, suara VIP Indonesia sudah membahana memekikkan G-Dragon.

Konser dibuka dengan penampilan MichiGO, single terbaru dari GD. Selanjutnya, seperti biasanya pada konser-konser biasanya. Hal heboh lain yang terjadi pada gue malam itu adalah datangnya GD menyanyikan lagu "Missing You" persis di depan stage bagian gue. Dia DUDUK BERSILA, kemudian pindah DUDUK DI TANGGA DI DEPAN PAGAR FESTIVAL-B, dimana gue dengan sangat bahagia bisa mengambil fotonya dengan jelas sejelas yang biasa gue liat di Tumblr atau dimanapun di internet.

"Missing You"
BEST. THING. EVER. <3

Gue ber"Kyaaa!!" dan "Aaakkkk!" dan "GD~!!" dan "KWON JIYONG!" sepanjang konser. Apalagi saat dia duduk di tangga itu. If I were to die that night, I would've been dead happily.

T.O.P datang malam itu sebagai tamu, jadi, seperti yang sudah bisa ditebak mereka menyanyika single-single GD&TOP: "High High" dan "Knock Out". Selain itu, T.O.P juga menyanyikan "Turn It Up". Sumpah, gue mau gila rasanya karena senang sampe ubun-ubun!
GD&TOP
Gue, tentunya, berbahagia dengan orang-orang yang baru saja berkenalan sebelum konser dimulai. Rasanya seperti sudah kenal lama. Gue kayak ketemu komunitas baru. <3

With Mbak Ve, Kak Mel, dan Kak Ajeng
Begitu konser usai, gue tidak langsung kabur dan pulang. Gue sempatkan membeli tas murah merchandise asli dari YG Entertainment bertuliskan "One Of A Kind". Andai gue punya uang banyak~ TT^TT yah, sudahlah.

Things I learned from this concert are: 1. Knowing new people means happiness and 2. Being by yourself create a chance to refresh your life and 3. If you stay focus on your goal, you'll end up reaching it, and last but not least 4. GOD IS GOOD. 

Cerita Musim Panas #1: G-DRAGON 1st WORLD TOUR "ONE OF A KIND" 2013 (part 1)

Musim panas bagi gue diawali dengan kejayaan. Deadline terakhir tugas jatuh pada tanggal 14 Juni, sedangkan tanggal 15-nya gue datang ke konser G-Dragon. Bagi jiwa fangirl gue yang sudah merongrong dari kali pertama G-Dragon mengumumkan akan solo tour, kesempatan ini adalah pemuas dahaga batin!

Kesempatan itu datang hanya h-2 sebelum konser yang bertajuk G-DRAGON 2013 WORLD TOUR [ONE OF A KIND] diadakan. Tepatnya, saat gue sedang berkutat dengan tugas akhir kelas Penulisan Kreatif Jurnalistik di kosan, sore hari bersama Ruth. Awalnya, gue sudah tidak berani berharap bisa datang karena sebenarnya uang gue juga sudah banyak terpakai untuk kegiatan-kegiatan di semester enam yang luar biasa menguras mental, fisik, dan finansial. Apalagi, gue tidak mengikuti perkembangan persiapan konser karena takut sakit hati.

Sore itu, mendadak gue iseng bertanya pada Iche (teman sesama HOTTEST yang belum pernah gue temui sampai saat itu) apa dia jadi datang ke konser GD. Kami sempat berencana membeli tiket dari calo kalau memang tidak punya uang untuk membeli tiket online.

Iche    : Aku nggak jadi nonton, Sekar, tapi aku ada tiketnya. Mau beli?

Gue    : Wah, mau dong!

Iche    : Tapi aku adanya tiket blue, aku jual Rp500.000 mau nggak?


Mendengar itu, gue langsung meng-google di mana sebenarnya letak seat Blue. Ternyata, itu di tribun. Cukup jauh dari stage. Setelah ditimbang untung dan ruginya dengan Ruth, gue putuskan untuk nekat membeli tiket itu setelah minta pengurangan harga jadi Rp450.000. Paling tidak, gue ada kesempatan melihat GD live! Urusan posisinya dimana, belakangan.

Dua hari kemudian, gue sudah siap dengan uang tunai dan merasa sangat bersemangat. Saat itu ada berita bahwa ada banjir rob di daerah Ancol, padahal konsernya diadakan di Mata Elang International Stadium, Ancol. Bokap sudah menelepon dan menyuruh gue membatalkan rencana yang sudah gue susun dengan baik-baik itu, bahkan sampai mengirimkan berita-berita buruk via BBM tentang bagaimana tidak ada jalan ke arah Ancol.

Jadilah gue sangat grumpy! Karena sifat yang suka ngotot, gue memutuskan kalau tidak ada berita pembatalan konser, gue akan tetap berangkat.

Akhirnya, gue benar-benar tetap berangkat. Benar-benar sendirian untuk pertama kalinya tanpa ada janji untuk bertemu di venue konser. Benar-benar sendirian juga berangkat ke MEIS. Selama perjalanan, gue memutuskan untuk tidak memikirkan hambatan-hambatan yang mungkin muncul. Pokoknya, pikiran gue difokuskan pada konser dan segala kesenangan yang akan diberikannya.

Gue bertemu Yoha di Stasiun UI, sama-sama akan naik kereta yang menuju Kota Tua. Jadi, gue dapat teman bicara selama di kereta. Kami berpisah di Stasiun Sawah Besar. Yoha turun, sementara gue lanjut terus ke Kota Tua.

Dari Kota Tua, gue naik M15 menuju Pintu Ancol. Setibanya di Pintu Ancol, gue sudah merasa aman. Memang sih, ini masih Jakarta, jadi seharusnya gue merasa aman-aman saja. Tapi, tetap saja perasaan lega yang datang setelah menginjakkan kaki di Ancol nggak ada yang ngalahin!

Menurut petugas di Ancol, untuk mencapai MEIS, gue bisa naik Bus Wara-Wiri. Jadi, gue menunggu di halte bersama tiga orang cewek lain. "Nonton konser GD juga ya?" tanya gue setelah menelan semua gengsi. "Iya, kamu sendirian?" adalah balasan dari mereka. Kemudian, gue merasa excited sendiri.

Nonton sendirian memang seru, tapi tetap saja, nothing feels like finding someone to share your happiness! :) Mereka adalah Eta, Wika, dan Ade. Semua sama-sama sedang semester enam, hanya beda-beda kampus.

With Eta
Setelah sampai di MEIS, gue mencari Iche untuk membeli tiketnya. Kami sempat berusaha untuk tukar-tambah 'tiket Blue' itu dengan tiket Festival, karena tiket Festival berarti bisa berdiri dekat dengan stage GD. Tapi, harga yang ditawarkan calo terlalu tinggi sementara kondisi keuangan gue tidak memadai.

Iche pulang tidak lama kemudian, jadi gue kembali mencari Eta, Wika, dan Ade. Setelah menemukan mereka, gue memperlihatkan tiket yang gue dapat dari Iche. Tiket itu bertuliskan FESTIVAL-B.



"Itu tiket Festival!" kata Wika.

Mereka kemudian menunjukkan tiket seat Red mereka. RED-(nomor seat). Terpikir oleh gue bahwa kalau tiket itu memang tiket Blue, pastilah tulisannya BLUE-(nomor seat). Gue senang mendadak, tapi masih belum berani berharap.


Jadi, gue datangi booth tiket dan menunjukkan tiket gue.

"Iya! Itu tiket Festival!" teriak salah satu petugasnya di antara hiruk-pikuk penggembira konser.

Kemudian....

Gue merasa seperti Tuhan sedang membanjiri gue dengan hadiah.

And nothing else seemed matter. :)

Dapat tiket Festival hanya dengan mengeluarkan uang Rp450.000? Good God! Gue pengin jingkrak-jingkrak rasanya. ^_^

Selama menunggu hingga Open Gate, gue berkenalan dengan satu orang lagi. Kalau tidak salah, namanya Astrid. Alumni FE 2004. Teman kakaknya Nirma. Dunia sungguh sempit, hahaha. Gue juga membeli bando dengan hiasan berbentuk siluet apel, lambang G-Dragon pada masa album "Heartbreaker" (2009), dan satu lagi berhiasan mahkota yang dibuat dari kain flanel, lambang VIP, bertuliskan GD.

Open Gate dilakukan sekitar pukul 18.30 WIB. Rombongan fast track masuk duluan (sebuah privilege dari keluarnya uang lebih banyak--andai gue punya duit lebih mungkin gue juga akan beli fast track itu). Kemudian, rombongan lain menyusul.

Kami bisa masuk ke stadium kira-kira pukul 19.30. Entah bagaimana, stadium masih sepi sehingga gue bisa berada benar-benar di pagar samping stage. Bahagia. Bahkan dengan bolehnya kaum fast track masuk duluan, gue masih bisa sedekat itu. Nyahaha~

Kami dihibur dengan tayangan MV single-single G-Dragon. Kemudian, sekitar pukul setengah sembilan...

Friday, July 5, 2013

Just Saying

I keep telling myself not to be carried away by my thoughts and assumptions, but it's still hard not to be.

Words I Cannot Take Back

Perasaan itu datang.

Sudah lama ia mengintip dari balik sudut-sudut tempatmu berada, hanya untuk menyergap secara tiba-tiba. Kemudian, saat ia hinggap, kamu kehilangan kuasa atas dirimu.

* * *

Dalam jangka waktu kurang dari seminggu, sudah dua kali saya mengucapkan hal-hal berpotensi disesali yang tidak bisa ditarik kembali.

Yang pertama, perasaan itu terlalu jauh mendahului otak dan logika saya. Ia berhasil menemukan bentuk dalam sebaris kalimat. Ditujukan kepada sesosok manusia yang menjadi penyebab semua ini. Didengar olehnya dan manusia-manusia lain yang tidak ada hubungannya. Beruntunglah konteks situasi tidak sedang serius.

Yang kedua, perasaan itu telah bernegosiasi dengan pihak otak. Setelah proses negosiasi yang mengambil waktu hampir tujuh belas jam, saya mengiyakan perasaan itu dibagi kepada seorang perempuan. Seorang perempuan yang sebenarnya saya curigai menyimpan hati terhadap sesosok manusia yang sama. Lalu... ibarat Amerika, saya menjatuhkan nuklir terlebih dahulu.

* * *

Dan saya bisa saja menyesalkan kata-kata yang tidak bisa saya tarik kembali, saya hapus, dan lupakan.

Tapi saya tidak hidup untuk itu.