Thursday, December 11, 2014

Biggest Villain

Gerald berjalan menuju tempat pembuangan sampah. Sebuah cerita lagi yang dibuang…, batinnya mengeluh. Beberapa hari ini otak Gerald bagaikan knalpot yang tersumbat debu. Lama-lama Gerald bisa meledak.

Kantung hitam berisi bola-bola kertas (jangan bayangkan sesuatu yang indah, itu tidak indah dilihat, percayalah) dilempar ke dalam tempat pembuangan sampah. Gerald tahu beberapa menit lagi truk sampah akan lewat dan mengambil kantung-kantung yang ditumpuk selama satu minggu.

“Kenapa Gerald, kenapa?”

Gerald mendesis dan menggeram pada dirinya sendiri, lebih karena frustrasi daripada karena mulai gila.
Belakangan ini pikirannya tersita oleh Ayumi, cewek yang baru pindah bersama keluarganya di ujung jalan.

Saat Gerald pertama menyadari perasaan itu, dia membayangkan adegan-adegan romantis yang meliputi kencan di pinggir pantai (cheesy, yeah). Tapi apa yang benar-benar bisa dilakukan cowok berusia 10 tahun yang ambisius?

Gerald selalu terfokus pada mimpinya menjadi penulis. Cewek? Ha-ha. Tidak ada penggapai mimpi yang butuh cewek. Cewek hanya gangguan yang banyak bicara dan merusak konsentrasi… dan entah kenapa cewek selalu memaksa cowok untuk berperan jadi ayah yang bertanggung jawab dalam permainan rumah-rumahan mereka. Oke, kau tahu? Gerald punya teori untuk itu: biarkan cowok mencapai dulu mimpi-mimpinya baru dia bisa jadi ayah yang bertanggung jawab. Dalam hal ini, mimpi Gerald menjadi penulis (yang dalam bayangannya akan jadi sangat kaya dan terkenal).

Gerald kembali ke kamarnya.

Aneh, monster-monster di kepalanya tidak mau keluar. Biasanya itu yang menjadi petunjuk bagi Gerald untuk menulis. Gerald akan memegang kuasa atas monster-monster itu dan menempatkan mereka dimana saja dia suka. Tapi karena kali ini mereka tidak mau keluar, Gerald coba mengecek pesawat tempur dan tentara-tentaranya…

Ya, mereka juga tidak ada. Aneh. Hm, mungkin astronot-astronot berbekal spaghetti darah akan ada.

Biasanya mereka selalu ada.

…Ups, lagi-lagi hening.

Aneh. Kemana mereka semua?

Gerald mengecek dan mengecek ulang isi otaknya, berhati-hati jika mendadak salah satu dari mereka muncul. Tapi tidak ada yang muncul kecuali wajah Ayumi.

“Sial!” keluhnya.

Gerald menggerakkan jemarinya di keyboard, berharap apapun bisa muncul saat dia secara sembarang mengetikkan kata-kata.

Lalu itulah saat Gerald mulai menuliskan tentang Ayumi. Senyum Ayumi. Wajah Ayumi. Wangi Ayumi. Semuanya tentang Ayumi. Dan untuk pertama kalinya Gerald merasa menulis seperti sedang menyanyi.
Saat akhirnya tulisan itu jadi, Gerald merasa berpuas diri. Dia ingin menunjukkan pada Ayumi sebuah mahakaryanya.

“Ya?” Ayumi menyambutnya.

“Baca ini,” ujar Gerald dengan bangga.

Hanya membutuhkan waktu beberapa menit sebelum Ayumi selesai membaca.

“Kau membuatku mati di akhir cerita? Oh, Gerald, dasar cowok! Ini menjijikan!”

Gerald sekarang yakin cewek adalah penjahat terbesar abad ini.

[fin]

Catatan: Ini adalah cerita yang saya tulis di tahun pertama saya kuliah.  

No comments:

Post a Comment